Langsung ke konten utama

Bab I: Senang Berkenalan Denganmu, Kyoko Okitegami (Part 3)





(Catatan Pengingat Kyoko Okitegami)

Part 3


“Umm..., permisi. Apakah benar ini Laboratorium Pak Emii Kouro-san?”

Seiring dengan ketukan di pintu, terdengar ada suara yang agak ragu-ragu. Setelah asisten kepala Yurine membukakan pintu yang semula terkunci itu, masuklah seseorang ke dalam ruangan kami, yang ternyata adalah Kyoko-san.

Berbadan mungil dan pakain yang biasa saja, rambutnya putih, dari kejauhan penampakannya seperti perempuan tua. Tapi Kyoko-san sebenarnya baru berumur dua puluh lima tahun, sama sepertiku. Setelah dilihat dari dekat, seketika nampak bahwa dia memang masih muda.

Kepala biro detektif, seorang perempuan yang mandiri dan percaya diri. Dan di sisi lain ada seseorang yang selalu saja bermasalah dalam pekerjaannya, yang tak perlu diragukan lagi pasti akan dipecat dari Institut Penelitian Sarashina. Satu hal yang sama diantara kami hanyalah usia. Tapi bagaimanapun kondisinya, tetap saja aku bergegas kepadanya.

“Kyoko-san!”

Aku memanggilnya.

“Terima kasih sudah bersedia datang. Kamu benar-benar penyelamat! Sudah agak lama kita tak berjumpa, tapi syukurlah nampaknya kamu kelihatan baik-baik saja. Aku tahu ini bukanlah hal yang patut diucapkan dalam keadaan seperti ini. Tapi aku bersyukur dapat berjumpa denganmu lagi! Meskipun tentu saja aku akan lebih bersyukur lagi seandainya keadaannya tidak seperti ini.”

Dikalahkan oleh perasaanku, aku mencoba menggapai tangannya, tapi dia dengan lembut menariknya.

“Senang juga berjumpa dengan anda. Ummm..., anda siapa ya?” katanya.

Sembari mengunci pintu kembali, asisten kepala Yurine memandang Kyoko-san dengan heran. Tentu saja itu wajar, detektif terkenal yang aku mintai tolong dan sangat kukagumi memperlakukan ini seperti pertemuan pertama kami.

Tapi itu memang kesalahanku. Aku berdehem membersihkan ternggorokanku. “sa.., saya adalah yang mengundang anda, Kakushidate, Kakhushidate Yakusuke. Saya telah beberapa kali merepotkan anda.”

Aku membocorkan masa laluku.

Tidak hanya dengan kata-kata, aku mengambil KTP dan menunjukkan padanya. Percakapan ini sepertinya berlebihan, tapi waktuku sangat terbatas.

Kyoko-san membandingkanku dengan rincian pada KTP,  “jadi begitu,” ucapnya tanpa emosi berlebih. Bagiku bisa dianggap ini adalah ‘pertemuan yang lama dinantikan’, tapi baginya, si detektif pelupa itu, ini adalah ‘pertemuan pertama’ kami. Sangat keliru untuk berharap perasaan yang cukup dalam darinya.
“Jadi sekali lagi perkenalkan, saya Kepala Biro Detektif Okitegami, Kyoko Okitegami. Kali ini..., atau sekarang juga? Aku menerima permintaan anda, Kakushidate Yakusuke-san.”

Kyoko-san berkata sembari menyerahkan kartu namanya. Aku bahkan tak tahu lagi berapa banyak kartu nama yang aku dapat darinya.

Dia mondar-mandir kesana kemari di ruangan. Ke Kepala Lab Emii, ke asisten kepala Yurine, ke peneliti Honda dan ke peneliti Gifube. “Saya Okitegami Kyoko”, “saya Okitegami Kyoko”, dia menghampiri dan mengenalkan diri. Ini sungguh adalah pertemuan pertama baginya dengan mereka, dan sudah dapat diduga dia bertukar kartu nama dimulai dengan pejabat yang paling tinggi. Honda-san dan Gifube-san punya jabatan yang sama, tapi Honda-san sudah di lab ini lebih lama. Meskipun mereka berusia sama, tapi aku ragu orang akan menyadarinya tanpa bertanya.

Setelah selesai berkenalan, Kyoko-san kembali padaku.

“Aku sudah mendengar kasusnya. Aku hanya perlu menemukan SD card yang berisi back up data penelitian yang telah di curi di ruangan ini. Benar kan? Artinya, ini adalah pencarian barang yang hilang.”

Dia berbalik pada kepala lab Emii dan mengatakan hal itu dengan lembut.

Sekitar dua jam telah berlalu sejak peristiwa kehilangan itu disadari, dan meskipun kepala lab Emii sudah agak lebih tenang, tapi nampaknya dia masih belum lepas dari teori pencuriannya.

“Bukan itu saja. Temukan siapapun pencurinya.” Begitulah jawabnya.

“Begitu.., tapi apakah hal itu benar-benar sangat penting?”

“Kyoko-san berkata seolah pura-pura bodoh. Dia selalu saja seperti itu..., bukan. Orang ini tak pernah tidak sama. Karena meskipun sikapnya berubah, tapi akan secepat kilat kembali normal.

“Yang paling penting adalah mencegah informasi di dalamnya bocor, dan bukan....”

“Jangan tolol! Sampai ke neraka pun tak mungkin aku mau bekerja bersama penghianat!”

Badanku gemetar mendengar teriakan kepala lab. Tapi Kyoko-san nampak tak peduli. Paling-paling hanya sedikit mengangkat bahu. Ancaman dan intimidasi tak mempan padanya. Aku tak akan lupa insiden keberangkatan kapal, dimana dia sama sekali tak berkedip meskipun di depan todongan senapan mesin sungguhan. Tentu saja dia sudah lupa itu.

“Saya mengerti. Tapi permintaan asli yang saya terima dari Kakushidate-san adalah membersihkan tuduhan yang ditujukan padanya..., jika pada gilirannya nanti ternyata Kakushidate-san adalah pelakunya, itu akan bertentangan dengan kepentingan orang yang mengundang saya.”

Apa-apaan yang dikatakan perempuan ini.

Itu yang aku pikir, dan masih tersimpan dalam pikiranku saja.

Tentu saja, dalam situasi dimana dia harus mencurigai apapun dan siapapun, ini adalah bukti yang jelas akan ketegasannya. Baiklah, dibandingkan dengan seseorang yang mencurigaiku, seseorang yang curiga pada semua orang rasanya masih jauh lebih baik.

“.....maksudmu..., dalam hal Kakushidate-kun pelakunya, kamu jadi bekerja cuma-cuma? Jika itu permasalahannya, aku rasa Institut Penelitian ini bersedia untuk membayar biayanya.”

Kata asisten kepala Yurine. Bagi seseorang sepertinya yang menempuh jalan hidup yang terhormat, aku yakin dia sekedar berpikir bahwa sebutan detektif adalah pekerjaan yang mencurigakan.

“Kurasa itu cukup bisa dibilang adil. Karena dalam hal terdapat pelaku, artinya hilangnya back up data itu adalah tindakan kriminal yang diperbuat oleh seseorang dengan niatan buruk, Institut Penelitian ini sudah sewajarnya menanggung biayanya tanpa terkecuali. Bukankah begitu?”

Meskipun di satu sisi Kyoko-san masih kelihatan tenang, keadannya sebenarnya tidak demikian. Mereka sedang membicarakan jumlah uang yang tidak sedikit. Sebagai detektif swasta, dia harus yakin terlebih dahulu dalam hal ini.

Ini bukanlah ruangan yang tertutup rapat dan tersegel sehingga kami harus membayar biayanya di awal. Tapi dari sudut pandangnya, tentu akan lebih meyakinkan untuk menerima kepastian mengenai pembayarannya terlebih dahulu dari Institut Penelitian ini dibandingkan dengan seorang muda sepertiku.

“Baiklah.”

Dia mengangguk.

“Tapi dalam hal anda tidak berhasil memecahkannya...”

“Maka aku tak masalah bekerja dengan cuma-cuma. Begitulah sistemnya di tempat kami.”

Pembayaran per penyelesaian pekerjaan, katanya.

Kyoko-san menjawab sembari tersenyum. Senyumnya membuatku merasa lega. Tentu saja, belum ada masalah yang terpecahkan, jadi sepertinya perasaan itu terlalu tergesa-gesa. Kyoko-san bukanlah detektif serba bisa yang pasti mampu memecahkan setiap permasalahan.

“Yang lebih penting..., benarkan ini akan baik-baik saja?”

Orang yang bertanya dengan agak kasar pada Kyoko-san itu tak lain adalah Honda-san. Sebenarnya masalahnya bukan pada Kyoko-san, tapi nampaknya dia mulai sebal saja sudah terkurung di ruangan ini selama lebih dari dua jam. Semua orang di sini tentu mengalami hal serupa, tapi Honda-san terkenal paling temperamental, setelah pak kepala lab Emii tentunya. Disertai dengan perasaan tak suka, dia masih cenderung menekankan teori bahwa peristiwa kehilangan ini adalah akibat dari kecerobohan kepala lab Emii. Oleh karena itu, wajar saja dia merasa situasinya kurang adil.

“Alasan mengapa orang asing diundang dan dperbolehkan memasuki ruangan ini adalah karena Kakushidate-kun menjamin dan memberikan persetujuan. Tapi aku masih tidak bisa menerima seorang detektif berkeliaran di ruangan yang penuh dengan materi-materi rahasia ini.”

“Anda tak perlu khawatir akan hal itu. Seperti anda ketahui, aku tak membawa HP maupun kamera bersamaku.”

Kyoko-san merentangkan tangannya sembari berkata demikian.

Sepertinya dia sudah melalui pemeriksaan fisik di pintu masuk Institut.

“Terlebih lagi, setiap hal yang saya lihat dan dengar hari ini, saya pasti akan melupakannya esok hari.”




Part Sebelumnya (2)           Daftar Isi           Part Selanjutnya (4)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NIHONKOKU SHOUKAN web novel (Japan Summons/Summoning Japan)

NIHONKOKU SHOUKAN  (web novel) Summoning Japan/Japan Summons Bab II : Gangguan Kalender Pusat tanggal 22 Maret 1639, pagi hari Dua bulan yang lalu kepulauan Jepang mengalami perpindahan dunia. Mereka segera membuat kontak dengan Prinsipaliti Kua Toine dan Kerajaan Quira untuk membangun hubungan diplomatik dengan negara-negara tersebut. Setelah hubungan itu terbentuk, pemerintahan Kua Toine mengalami perubahan paling drastis sepanjang sejarahnya.  Jepang mengajukan permintaan bahan makanan dalam jumlah yang luar biasa besarnya. Tetapi Kua Toine yang telah berhasil memenuhi kebutuhan pangan yang layak bahkan untuk ternak-ternak mereka, juga berhasil memenuhi permintaan Jepang itu. Bahkan Kerajaan Quira dengan tanahnya yang gersang dan tidak produktif adalah sumber harta karun yang melimpah menurut Jepang dan mereka pun juga mulai melakukan ekspor ke Jepang. Sebaliknya untuk membayar barang-barang itu, Jepang mulai mengekspor infrastruktur, contohnya metode untuk me

NIHONKOKU SHOUKAN web novel (Japan Summons/Summoning Japan)

NIHONKOKU SHOUKAN (web novel) Summoning Japan/Japan Summons kredit kepada ilustrator asli: Toi8 Deskripsi: Suatu hari, Seluruh Jepang terpindahkan ke dunia lain. Disebabkan oleh kecilnya produksi pangan dan ketergantungan pada produk impor dari negara lain, Jepang menghadapi krisis pangan. Untuk memperlambat efek kelaparan yang dihadapi oleh penduduknya, pemerintah Jepang menyatakan keadaan darurat. Pasukan Angkatan Udara Bela Diri Jepang ( Japan Air Self Defense Force/JASDF ) melakukan eksplorasi di kawasan sekitar dan menemukan daratan luas kira-kira 1000km ke arah barat daya – Benua Rodenius. Jepang berhasil memecahkan masalah kekurangan pangan setelah memasuki hubungan diplomatik dengan Prinsipaliti Kua Toine dan Kerajaan Quira. Akan tetapi pada saat yang bersamaan, negara lain di benua itu, Kerajaan Rowlia yang selama ini memegang hegemoni, menyatakan perang dengan Kua Toine dan Quira. Untuk menghadapi krisis baru ini, bagaimana Jepang akan merespon

NIHONKOKU SHOUKAN web novel (Japan Summons/Summoning Japan)

NIHONKOKU SHOUKAN  (web novel) Summoning Japan/Japan Summons Pembuka dari penterjemah: setelah sekian lama hiatus dari menterjemahkan, akhirnya sempat juga. Selamat menikmati kembali kelanjutan cerita Jepang di dunia lain. Bab III: Tragedi Kota Gim Kota Gim, 20km dari Perbatasan Bagian Barat Prinsipaliti Kua Toine Siang Hari tanggal 11 April tahun 1639 Kalender Pusat Skadron Naga I dan II, Ordo Ksatria Barat Moiji, Kapten Ordo Ksatria Barat, merasa tidak tenang. Pasukan Barat terdiri dari 2.500 infanteri, 200 pemanah, 500infanteri berat, 200 kavaleri, 100 kavaleri ringan, 24 naga, dan 30 penyihir. Kua Toine memiliki pasukan siap tempur karena selama ini mereka selalu dalam keadaan setengah darurat, tetapi kekuatan musuh yang dapat mereka saksikan di sepanjang perbatasan melampaui yang mereka miliki. Terlebih lagi, seluruh komunikasi yang mereka kirimkan secara sengaja selalu diabaikan oleh pihak Rowlia. Sesuai arahan dari Pemerintah, sebagian warg