Akhirnya!! setelah segala kesibukan akhir dan awal tahun yang, fiuuhh.....
Singkat kata, selamat menikmati kelanjutan cerita si detektif pelupa.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Singkat kata, selamat menikmati kelanjutan cerita si detektif pelupa.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Catatan Pengingat Kyoko Okitegami)
Part 5
Part Sebelumnya (4) Daftar Isi Part Selanjutnya (6)
Dan akhirnya dimulailah
pekerjaan sang detektif Kyoko-san...., jam 5.40 sore. Meskipun seharusnya dia
dapat memecahkan masalah dalam sehari,tapi tidak erta merta berarti waktunya 24
jam. Lebih tepatnya adalah sampai Kyoko-san tertidur.
Sejauh yang aku tahu,
Kyoko-san bangun jam 6 pagi, dan tidur jam 11 malam. Dia memiliki kebiasaan
gaya hidup yang cukup sehat. Dengan mempertimbangkan itu, investigasi ini
paling lambat hanya akan sampai jam 12 malam saja.
Mencari sebuah SD card
yang hilang, kedengarannya sangat mudah. Sebuah kejadian kecil yang orang lain
bisa katakan sebagai peristiwa sehari-hari. Tapi data di dalamnya lah yang
membuatnya luar biasa, terlebih lagi, ketinggian nilainya sangat tidak lucu.
Sama sekali tak dapat dibilang kejadian sehari-hari lagi. Jika hal ini
berkembang menjadi masalah siapa yang harus bertanggung jawab, bisa jadi justru
bukan aku yang paling celaka, melainkan kepala lab Emii lah yang kepala aslinya
bakal melayang. Dan sebuah skenario yang paling buruk, maka keberlangsungan
Institut Penelitian Sarashina yang menjadi taruhan. Berpikir kembali tentang hal itu, dan betapa
sedihnya kepala lab Emii, dia sama sekali tak bisa berharap insiden ini akan
terselesaikan dalam sehari saja. Kami harus hati-hati bergerak dan menjalani
prosedur yang seharusnya dalam rangka melakukan investigasi tetang keberadaan
SD card itu.
Tapi tanpa adanya bukti
apapun, hanya dengan kenyataan sederhana bahwa aku adalah orang baru (dan juga
fakta sederhana bahwa tingkah lakuku mencurigakan) membuatku semakin menjadi
orang yang mencurigakan. Jadi sekarang bukan waktunya untuk berpikir tentang
hal lain, aku harus berjuang sepenuh hati untuk membuktikan aku tidak bersalah.
Meskipun aku merasa
sedih pada akhirnya harus menyerahkan hal itu pada orang lain.
Anda saja aku memiliki
kemampuan seperti seorang detektif..., bukan berarti aku tak pernah memimpikan
hal itu, tapi sayangnya aku sadar sepenuhnya seperti apa aku ini. Aku sadar aku
tak lebih hanya pemeran figuran. Aku bahkan semakin yakin setelah melihat orang
yang sangat berbakat seperti Kyoko-san dari dekat. Seseorang yang hanya mampu
menyimpan ingatan dalam sehari saja, membawa takdir yang seharusnya akan sangat
menyulitkan bahkan sekedar untuk hidup seperti biasa, seseorang sepertinya itu
mampu mengukirkan namanya sendiri sebagai seorang detektif hebat. Orang semacam
dia lah yang pastinya patut disebut sebagai tokoh utama.
“Jadi sekarang, tinggal
anda yang terakhir Kakushidate-san. Senang sekali bisa bekerja sama dengan
anda, silakan ikut saya lewat sini.”
Kembali ke lab bersama
dengan asisten kepala Yurine yang telah menjalani wawancara di urutan ke empat,
Kyoko-san memnggilku. Hingga saat ini, Kyoko-san telah mewawancarai kepala lab
Emii, Gifube-san, dan Honda-san berturutan.
Aku tak tahu apakah ada
maksud tersendiri terkait urutan ini, nampaknya bukan berdasarkan urutan usia,
bisa jadi bahkan tidak ada maksud apa-apa dibalik urutan itu. Tapi fakta bahwa
aku di urutan terakhir nampak jelas ada tujuannya.
Apapun kondisinya, aku
bermaksud untuk keluar menuju koridor saat....,
“Tunggu!”
Honda-san menahanku.
“Bukankah kurang pas
menyerahkan pemeriksaan fisik Kakushidate-kun pada Okitegami-san? Dia lah yang
mengundangnya.”
Dia berkata dengan nada
seolah ingin meluapan semua frustasinya, tapi itu cukup masuk akal. Di atas
kenyataan kurangnya bukti, sebagai orang yang cukup dewasa yang memiliki
kemampuan untuk memustuskan sesuatu, sama sekali tidak dapat diartikan dia
sepenuhnya mencurigaiku. Hanya nampaknya dia belum mampu mengesampingkan
perasaan bahwa aku mencurigakan.
Berusaha menolak justru
akan membuang-buang waktu jadi, “Aku mengerti. Jadi, siapa yang bersedia untuk
melakukan pemeriksaan fisik padaku?” Aku serahkan saja pada kemana angin
berhembus, jika aku menunjukkan sikap yang buruk, aku sadar justru akan membuat
mereka semakin tak percaya padaku.
Dua orang perempuan
menolak, tapi Honda-san tidak. Dan pada akhirnya bahkan aku mendapat kehormatan
dari kepala lab Emii untuk secara pribadi meraba-rabai seluruh tubuhku.
Hasilnya? Tidak terbukti.
Sewajarnya, aku
berjalan menuju koridor dengan secuil pikiran semacam itu, hingga....
“Ummm..., saya belum
melakukan pemeriksaan saya sendiri.”
Kyoko-san tidak akan
membiarkanku lolos begitu saja. Dia benar-benar orang yang sangat tegas.
Sebagaimana layaknya
dia bertemu denganku untuk pertama kali, tentu sangat tidakmasuk akal untuk
mengharapkannya mempercayaiku begitu saja. Jadi aku mengikutinya dengan patuh.
Tidak seperti halnya kepala lab Emii dan Hondasan, yang ini adalah pemeriksaan
fisik yang penuh dengan keterampilan dan ketelitian, yang tepat pada
titik-titik penting.
“Ya, kamu bersih.
Silakan lewat sini.”
Kyoko-san memanduku
memasuki ruang rapat kecil. Selama ini aku jarang sekali melangkahkan kaki ke
ruangan di atas laboratorium Emii, dan kali ini untuk pertama kali aku memasuki
ruang rapat itu. Susunan ruangan itu lebih menyerupai ruang interogasi daripada
raung rapat kecil (aku sudah beberapa kali memasuki ruang interogasi yang
asli). Sendirian bersama dengan Kyoko-san di ruangan sesempit itu membuat
jantungku berdetak sedikit lebih kencang.
Tapi itu perasaan
sepihak dariku saja. Dari sudut pandangnya, sendirian di ruangan sempit bersama
dengan seorang raksasa dengan tingkah laku yang mencurigakan yang ditemuinya
untuk pertama kali sudah pasti bukanlah keadaan yang menyenangkan. Meskipun dia
tak menampakkan hal itu. Dia acuh ta acuh seperti biasanya.
“Kakuhidate
Yakusuke-san, saya sudah memperoleh kesempatan untuk mendengarkan keterangan
anda saat saya menerima panggilan telefon anda. Tapi ada beberapa hal yang
perlu saya konfirmasi lagi.”
Kyoko-san masuk kedalam
tema utama dengan cepat. Baginya, waktu adalah sesuatu yang berkali-kali lipat
lebih berharga bila dibandingkan bagi kami. Bukanlah sesuatu yang berlebihan
jika dibilang bahwa baginya hidup kami tak lebih dari sehari saja.
“Anda bilang anda telah
beberapa kali berhubungan dengan saya, tapi saya harap anda tidak berpikir
terlalu jauh tentang itu. Meskipun ada sesuatu yang ingin anda kenang, tolong
sebisa mungkin menahan dirilah. Episode-episode yang pernah terjadi antara anda
dan saya adalah sesuatu yang bagi saya tak pernah terjadi.”
Caranya menjauh itu
rasanya sedikit menyedihkan, tapi aku meyakinkan diri bahwa itu tak bisa
dielakkan. Keadaan itu lah yang menjadikannya sebagai si detektif pelupa, Kyoko
Okitegami.
“Sudah berapa lama anda
bekerja di Institut Penelitian Sarashina ini?”
“Sejak sekitar dua
bulan yang lalu.., aku dipanggil untuk bekerja sebagai asisten. Tapi meskipun
anda bisa memanggil saya asisten laboratorium, saya sama sekali tidak paham
hal-hal teknis. Mengorganisir data, menyeduh teh, membuang sampah, saya merasa
saya diberi pekerjaan-pekerjaan yang aneh. Tapi....”
Semakin banyak aku
bicara, rasanya semakin seperti membuat-buat dalih. Itulah kebiasaan burukku.
Aku sangat meragukan di semua sisi, membuat berbagai macam dalih nampak menjadi
lebih baik. Tapi alasan sebenarnya yang disini dan saat ini membuatku
kehilangan ketenangan bukanlha karena kecurigaan yang ditujukan padaku.
Barangkali justru karena tatapan tajam Kyoko-san padaku.
“B-bagaimanapun, aku
adalah orang yang tidak tahu menahu tentang apapun dan kenyataan bahwa mereka
menerimaku bekerja adalah.., le-lebih cenderung karena kita tidak bisa memaksa
orang-orang pintar itu mengerjakan hal-hal remeh temeh.”
“Begitu ya. Jadi mereka
mempekerjakanmu untuk alasan yang serupa dengan bagaimana mereka mempercayai
seorang detektif yang akan melupakan apapun esok hari.”
Sementara aku khawatir
dengan kalimatnya yang terasa mulai sinis, begitulah, Kyoko-san menunjukkan
persetujuannya.
Aku merasa sedikit
bahagia, beban pikiranku sedikit berkurang.
Aku yakin bahwa sangat
mustahil untuk mensejajarkanku dengan orang yang sangat berbakat seperti
Kyoko-san. Tapi faktor yang menentukan mengapa kami dipekerjakan, dalam hal ini
bisa jadi memanglah serupa.
“Aku dipecat dari
pekerjaanku sebelumnya, dan saat aku kesulitan menemukan pekerjaan, seorang
kenalan yang tahu beberapa orang disini mengenalkanku pada kepala lab Emii. Aku
pikir aku akan bisa bangkit lagi disini.”
Tidak, sejujurnya aku
ragu.
Barangkali aku sudah
sadar bahwa suatu hari hal ini akan terjadi, seperti yang selalu terjadi selama
ini. Meskipun pada kenyataannya ini terjadi begitu cepat, jauh lebih cepat dari
yang aku perkirakan.
“Baiklah kalau begitu,
ada beberapa hal yang harus saya tanyakan tepat berkaitan dengan posisi anda.
Sebenarnya, empat orang lainnya telah bercerita banyak hal tentang hal itu,
tapi kata-kata seorang ahli sering kali sulit dipahami oleh orang awam.”
Kyoko-san tidak
mencatat. Dia tidak merekam, dan dia tidak mengorganisir catatan investigasi di
laptop. Dia memasukkan seluruhnya kedalam kepalanya. Di sisi lain, dia tidak
akan bisa mengingat kembali jika kasusnya sudah ditutup. Tapi meskipun ini
hanya bertahan sehari saja, mengingat sepenuhnya hasil tanya jawab lisan dengan
lima orang, sudah barang tentu daya ingatnya sangat luar biasa mengerikan.
Dan mengingat bagaimana
dia akan melupakan semua itu esok hari, itu adalah sebuah ketimpangan yang luar
biasa.
“Pertama-tama, apa
sebenarnya yang sedang diteliti oleh Institute Penelitian Sarashina ini?”
“Bermacam-macam,
sepertinya. Aku dengar ini terkait erat dengan citra dan optik. Penelitiannya
dibagi-bagi, jadi pengetahuanku sangat terbatas terkait penelitian yang
dilakukan oleh lokasi yang lain, tapi laboratorium Emii utamanya memperoleh
bagian tentang stereopsis (https://en.wikipedia.org/wiki/Stereopsis) ,
sepertinya.”
Dengan begitu banyak
ketidakpastian, bahkan aku sendiri bisa mengatakan bahwa kesaksianku tidak
berguna, tapi Kyoko-san mengangguk dan melanjutkan.
“Stereeopsis ya?”
Dia mengulangi
kata-kataku.
“Ya. Sederhananya,
mereka meneliti tentang teknologi 3D. Uum..., seperti yang bisa anda lihat di
film dan sebagainya, ya kan?”
“Ah. Yang pakai
kacamata itu ya...”
Bersamaan dengan
kata-katanya itu, Kyoko-san menyentuh kacamata bulat di wajahnya.
“Sangat tak nyaman
memakai kacamata di atas kacamata, jadi saya tidak begitu menyukainya.”
Meskipun dia bilang
begitu, toh dia lupa.
“Penelitian yang sedang
dilakukan oleh kepala lab Emii bertujuan untuk membuat siapapun di posisi kursi
sebelah manapun dapat melihat gambar 3D tanpa perlu mengenakan kaca mata. Yah,
dengan pencitraan 3D, terdapat hologram dan berbagai macam hal. Tapi..., untuk
keadaan kita saat ini, jika kita ingin membuat film 3D, kita perlu merekam
dengan kamera khusus, dan itu saja sudah memakan biaya yang cukup besar. Tapi
jika kita menggunakan teknologi baru yang diusulkan oleh kepala lab Emii,
biayanya bisa dipotong hingga tinggal sepersepuluhnya atau apalah...”
Semua itu hanya
informasi remeh, terlebih lagi aku sendiri tidak memahaminya. Jadi aku tak
begitu mengerti seberapa akurat penjelasan ini. Tapi dia nampak memahaminya,
“begitu ya,” kata Kyoko-san.
“bisa melihat film 3D
tanpa perlu memakai kacamata berwarna aneh itu nampaknya luar biasa.”
“.........”
Kacamata berwarna aneh,
apa yang dia maksud? Aku harap bukan itu, tapi apakah maksudnya kacamata merah
biru dari plastik itu?
Aku tak bisa memastikan
seberap jauh ingatan Kyoko-san ter-reset setiap kali dia tertidur. Ingatannya yang hilang adalah sebanyak sehari
itu. Tapi jika kita sebut demikian, nampaknya tak banyak. Akan tetapi jika hal
itu berlangsung selama setahun, maka artinya dia kehilangan ingatan sebanyak
setahun.
Aku pertama kali
bertemu dengan Kyoko-san dua tahun yang lalu, tapi saat itu dia sudah lama
berhenti mengumpulkan ingatan. Semakin lama waktu berlalu, semakin jauh pula
waktu meninggalkannya. Tak dapat dielakkan lagi jika dia tak dapat memahami
sepenuhnya hal-hal terkait teknologi terkini yang sedang diteliti.
Dengan prasyarat
kerahasiaan dan kecepatan, Kyoko-san adalah satu-satunya detektif yang dapat
aku andalkan saat ini. Tapi dari perspektifnya mungkin aku mengundangnya untuk
pekerjaan yang kurang cocok baginya. Semuanya akan baik-baik saja seandainya
aku bisa mendukungnya, tapi bahkan aku tak bisa memenuhi peran sebagai Watson.
“...Tapi jika ini karya
original kepala lab Emii, bmeskipun data tentang stereopsis ini bocor, apakah
benar-benar bermasalah? Meskipun mereka tahu, apa mereka bisa meniru ulang?”
“Bukan itu masalahnya.
Aku akan meminjam istilah asisten kepala Yurine disini, dasar penelitian kepala
lab Emii adalah perubahan proses berpikir. Sebuah inovasi melalui kombinasi tekonologi
yang sudah ada dalam perpaduan yang tak terduga. Jika metode itu berhasil
keluar, maka itu akan tersebar dalam waktu yang singkat.”
Meskipun hanya untuk
pekerjaan-perjaan remeh, kenyataan bahwa mereka menerima sesorang sepertiku
untuk bekerja cukup menjelaskan bahwa Institut Penelitian Sarashina bukanlah
organisasi yang besar, yang sedang berkompetisi melawan perusahan besar, dan
tidak memiliki peluang untuk menang. Memeras pengetahuan, mengolah sesuatu
dibalik pintu yang tertutup rapat, mencari celah dari kelemahan kecil adalah
taktik yang mereka gunakan. Karena itulah mengapa informasi bisa berarti hidup
dan mati.
“Begitu ya.., jadi ini
benar-benar potensi kehilangan ratusan juta yen... Ah, angka itu yang dikatakan
oleh Honda-san.”
“Itu bukan soal uang,
kurasa semua orang khawatir semua hasil penelitian yang telah mereka kerjakan
akan, wuzz..., lenyap begitu saja.”
Kekhawatiran semacam
itu bagi seorang karyawan yang masih baru, yang masih awam sepertiku tak mampu
aku pahami. Tapi aku juga ragu mereka memahami seperti apa rasa ketakutan yang
dialami oleh seorang yang dituduh tanpa alasan.
“....sebagai bagian
dari kebijakan umum mengenai investigasi, , saya masih merasa cukup beralasan
untuk menilai ini sebagai sebuah kehilangan biasa sebagai akibat dari
kecerobohan, akan tetapi jika data itu sangat lah penting, saya juga merasa
tidak mungkin Emii-san akan menghilangkannya. Begitulah yang sejauh ini saya
dengar dari orang-orang.”
Dari pembukaan yang
stereotipe itu, aku sempat berpikir dia akan menanyakan alibiku, tapi nampaknya
tidak begitu kenyataannya.
“Jika benar ada
seseorang yang mencuri SD card itu, menurut anda siapa pelakunya?”
Terang-terangan,
atau..., bisa dibilang itu adalah pertanyaan yang agak memuakkan. Apakah Kyoko-san
menanyakan pertanyaan ini pada setiap orang? Maka kalu begitu aku yakin
semuanya akan menjawab Asisten Kakushidate.
“Aku tak tahu. Aku tidak
yakin ada seorang pun yang punya motif...”
Aku menjawab
sejujurnya. Jika aku bisa memberikan jawaban yang jelas di sini, maka akulah
yang akan berperan sebagai detektif.
“Jika laboratorium ini
ditutup, semuanya akan kehilangan pekerjaan.”
“Tapi jika mereka
membawa data itu bersama mereka, bukankah insitutusi lain akan menerima mereka?”
“Ini adalah industri
kecil. Jika kamu melakukan hal semacam itu, kamu akan dipecat secepatnya.”
Tentu saja, jika kamu
melakukan hal semacam itu, lakukanlah sebaik mungkin sehingga kamu tidak
ketahuan. Tapi meskipun begitu, risikonya tetaplah terlalu besar. Perbuatan itu
rasanya masih terlalu besar jika dibandingkan dengan keuntungannya.
“Yang anda katakan
masuk akal. Lalu bagaimana jika kita berpikir bahwa ini adalah serangan dari
seseorang yang punya masalah dengan Emii-san? Benar-benar mengabaikan
keuntungan finansial apapun. Murni keinginan untuk menghancurkan.”
“.................”
Mereka menyembunyikan
data penelitian laboratorium karena mereka ingin melihat kepala laboratorium
kebingungan? Kurasa itu perbuatan iseng yang keterlaluan.
“Mempertimbangkan nilai
data itu, maka sewajarnya itu tak akan berakhir sebagai sebuah perbuatan iseng
semata. Anda juga tak bisa menyebutnya keisengan yang keterlaluan juga. Perbuatan
itu sudah tergolong kriminal.”
Kyoko-san
mengucapkannya dengan datar. Etikanya dalam hal ini jelas, dia bukan golongan
detektif yang memuji pelaku kriminal sebagai seniman.
“Tapi jika kita
berpikir demikian, maka beberapa hal akan lebih mudah untuk dijelaskan. Daripada
membawa barang itu keluar, mereka lebih memilih untuk menyembunyikannya di
suatu tempat. Bahkan bisa jadi mereka menghancurkan benda itu. Jika demikian,
mereka tak perlu khawatir ketahuan.”
“Bisa jadi benar, bahwa
perbuatan kepala lab Emii agak keterlaluan. Aku tak bisa mengatakan bahwa dia
adalah orang yang baik dalam menghadapi orang lain, tapi aku masih tak yakin
dia sedemikian dibenci sehingga pantas untuk menerima gangguan sejahat ini.”
Dicap sebagai pencuri,
tentu saja mood setiap orang akan menjadi buruk, tapi semua orang tahu bahwa
tingkah lakunya itu lahir dari kejeniusannya. Mereka tidak benar-benar
tersinggung, ini hanya sekedar ‘hal biasa’.
“Benar, begitulah yang
dikatakan oleh semua orang.”
Kyoko-san dengan
mudahnya berlalu dengan teorinya sendiri.
“Jika data yang asli
dicuri atau dirusak, maka itu artinya perbuatan ini bertujuan untuk menghambat
penelitian Emii-san. Tapi SD card yang hilang itu pada kenyataannya hanya back
up. Meskipun nampaknya Emii-san tidak punya kemauan untuk melepaskan
kemungkinan itu. Sepertinya dia cukup sadar bahwa dia kurang disukai. Kalau begitu,
saya akan mengganti pertanyaannya. Menurut anda siapa yang paling mustahil
untuk menjadi pelakunya?”
Satu lagi pertanyaan
aneh dari Kyoko-san.
Aku jawab saja dengan
apapun yang terlintas di pikiranku.
“aku tahu pasti bahwa
aku bukan pelakunya. Tapi jika aku mengecualikan diriku sendiri, pertama-tama,
kepala lab Emii tidak mungkin pelakunya. Dia lah korban yang sebenarnya di
sini. Sebagai seseorang yang paling lama mengenalnya, asisten kepala Yurine adalah
orang kedua yang paling mustahil. Dia akan turut serta bertanggung jawab, dan
kerusakan yang akan ditanggungnya hampir sama saja. Sedangkan Honda-san dan
Gifube-san.....”
Sampai disini, aku
kesulitan dengan kata-kataku.
Jika aku memutuskan
siapa yang menjadi orang yang ketiga paling tidak mencurigakan, maka aku
selanjutnya harus memutuskan siapa yang menjadi orang ke empat. Artinya, aku
akan melabeli siapa oran yang paling mencurigakan..., tanpa bukti yang
meyakinkan. Itulah yang selama ini terjadi padaku, hal paling menyakitkan. Aku tak
bisa melakukan hal yang sama pada orang lain.
Mengetahui aku terdiam,
Kyoko-san berkata: “Kakushidate-san, saya rasa anda orang yang baik”, katanya.
Aku senang sekali
mendengar kata-kata semacam itu dari seseorang seperti Kyoko-san, tapi
sebagaimana juga terakhir kali dia mengatakan hal yang sama padaku, saat aku
ingat bahwa dia akan melupakanku dan penilaian apapun darinya tentangku esok
hari, itu membuatku merasa hampa.
Untuk membuang perasaan
itu aku berkata...
“Honda-san dan
Gifube-san saling memandang sebagai saingan. mereka berdau seumuran, dan aku
yakin mereka saling menyadari hal itu satu sama lain. Rasanya seperti mereka
sedang saling bersaing. Honda-san lebih lama bekerja di perusahaan ini, tapi
nampaknya asisten kepala Yurine menilai Gifube-san lebih baik. Perbedaan itu
semakin mempertajam persaingan mereka. Aku rasa itu hal yang baik, tapi rasanya
agak kurang nyaman dilihat.”
Begitulah aku memaksa
mengakhiri daftar informasiku yang tak relevan dengan kasus ini.
“Aku akan mengingat
itu. Terima kasih. Hmm..., jadi mari kita tinggalkan saja pertanyaan itu
seperti itu. Dan kita mulai investigasi yang sebenarnya di ruangan.”
Kyoko-san memandang ke
jam tangannya.
Jarum penunjuk di jam
analognya telah mengarah ke angka enam. Artinya, sampai ke batas waktunya kita
punya.....
“Saya akan kembali jam
sembilan, jadi kita masih punya waktu tiga jam.”
Begitulah ucapnya.
Pikiranku terlalu naif.
Sepertinya Kyoko-san berniat untuk beristirahat pada waktunya seperti biasa. Aku
tak bisa menilai seberapa serius dia dalam senyumannya itu.
“Larut malam itu musuh
bagi kecantikan.”
Part Sebelumnya (4) Daftar Isi Part Selanjutnya (6)
Komentar
Posting Komentar