Langsung ke konten utama

Bab I: Senang Berkenalan Denganmu, Kyoko Okitegami (Part 5)

Akhirnya!! setelah segala kesibukan akhir dan awal tahun yang, fiuuhh.....

Singkat kata, selamat menikmati kelanjutan cerita si detektif pelupa.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

(Catatan Pengingat Kyoko Okitegami)


Part 5


Dan akhirnya dimulailah pekerjaan sang detektif Kyoko-san...., jam 5.40 sore. Meskipun seharusnya dia dapat memecahkan masalah dalam sehari,tapi tidak erta merta berarti waktunya 24 jam. Lebih tepatnya adalah sampai Kyoko-san tertidur.

Sejauh yang aku tahu, Kyoko-san bangun jam 6 pagi, dan tidur jam 11 malam. Dia memiliki kebiasaan gaya hidup yang cukup sehat. Dengan mempertimbangkan itu, investigasi ini paling lambat hanya akan sampai jam 12 malam saja.

Mencari sebuah SD card yang hilang, kedengarannya sangat mudah. Sebuah kejadian kecil yang orang lain bisa katakan sebagai peristiwa sehari-hari. Tapi data di dalamnya lah yang membuatnya luar biasa, terlebih lagi, ketinggian nilainya sangat tidak lucu. Sama sekali tak dapat dibilang kejadian sehari-hari lagi. Jika hal ini berkembang menjadi masalah siapa yang harus bertanggung jawab, bisa jadi justru bukan aku yang paling celaka, melainkan kepala lab Emii lah yang kepala aslinya bakal melayang. Dan sebuah skenario yang paling buruk, maka keberlangsungan Institut Penelitian Sarashina yang menjadi taruhan.  Berpikir kembali tentang hal itu, dan betapa sedihnya kepala lab Emii, dia sama sekali tak bisa berharap insiden ini akan terselesaikan dalam sehari saja. Kami harus hati-hati bergerak dan menjalani prosedur yang seharusnya dalam rangka melakukan investigasi tetang keberadaan SD card itu.

Tapi tanpa adanya bukti apapun, hanya dengan kenyataan sederhana bahwa aku adalah orang baru (dan juga fakta sederhana bahwa tingkah lakuku mencurigakan) membuatku semakin menjadi orang yang mencurigakan. Jadi sekarang bukan waktunya untuk berpikir tentang hal lain, aku harus berjuang sepenuh hati untuk membuktikan aku tidak bersalah.

Meskipun aku merasa sedih pada akhirnya harus menyerahkan hal itu pada orang lain.

Anda saja aku memiliki kemampuan seperti seorang detektif..., bukan berarti aku tak pernah memimpikan hal itu, tapi sayangnya aku sadar sepenuhnya seperti apa aku ini. Aku sadar aku tak lebih hanya pemeran figuran. Aku bahkan semakin yakin setelah melihat orang yang sangat berbakat seperti Kyoko-san dari dekat. Seseorang yang hanya mampu menyimpan ingatan dalam sehari saja, membawa takdir yang seharusnya akan sangat menyulitkan bahkan sekedar untuk hidup seperti biasa, seseorang sepertinya itu mampu mengukirkan namanya sendiri sebagai seorang detektif hebat. Orang semacam dia lah yang pastinya patut disebut sebagai tokoh utama.

“Jadi sekarang, tinggal anda yang terakhir Kakushidate-san. Senang sekali bisa bekerja sama dengan anda, silakan ikut saya lewat sini.”

Kembali ke lab bersama dengan asisten kepala Yurine yang telah menjalani wawancara di urutan ke empat, Kyoko-san memnggilku. Hingga saat ini, Kyoko-san telah mewawancarai kepala lab Emii, Gifube-san, dan Honda-san berturutan.

Aku tak tahu apakah ada maksud tersendiri terkait urutan ini, nampaknya bukan berdasarkan urutan usia, bisa jadi bahkan tidak ada maksud apa-apa dibalik urutan itu. Tapi fakta bahwa aku di urutan terakhir nampak jelas ada tujuannya.

Apapun kondisinya, aku bermaksud untuk keluar menuju koridor saat....,
“Tunggu!”

Honda-san menahanku.

“Bukankah kurang pas menyerahkan pemeriksaan fisik Kakushidate-kun pada Okitegami-san? Dia lah yang mengundangnya.”

Dia berkata dengan nada seolah ingin meluapan semua frustasinya, tapi itu cukup masuk akal. Di atas kenyataan kurangnya bukti, sebagai orang yang cukup dewasa yang memiliki kemampuan untuk memustuskan sesuatu, sama sekali tidak dapat diartikan dia sepenuhnya mencurigaiku. Hanya nampaknya dia belum mampu mengesampingkan perasaan bahwa aku mencurigakan.

Berusaha menolak justru akan membuang-buang waktu jadi, “Aku mengerti. Jadi, siapa yang bersedia untuk melakukan pemeriksaan fisik padaku?” Aku serahkan saja pada kemana angin berhembus, jika aku menunjukkan sikap yang buruk, aku sadar justru akan membuat mereka semakin tak percaya padaku.

Dua orang perempuan menolak, tapi Honda-san tidak. Dan pada akhirnya bahkan aku mendapat kehormatan dari kepala lab Emii untuk secara pribadi meraba-rabai seluruh tubuhku. Hasilnya? Tidak terbukti.

Sewajarnya, aku berjalan menuju koridor dengan secuil pikiran semacam itu, hingga....

“Ummm..., saya belum melakukan pemeriksaan saya sendiri.”

Kyoko-san tidak akan membiarkanku lolos begitu saja. Dia benar-benar orang yang sangat tegas.

Sebagaimana layaknya dia bertemu denganku untuk pertama kali, tentu sangat tidakmasuk akal untuk mengharapkannya mempercayaiku begitu saja. Jadi aku mengikutinya dengan patuh. Tidak seperti halnya kepala lab Emii dan Hondasan, yang ini adalah pemeriksaan fisik yang penuh dengan keterampilan dan ketelitian, yang tepat pada titik-titik penting.

“Ya, kamu bersih. Silakan lewat sini.”

Kyoko-san memanduku memasuki ruang rapat kecil. Selama ini aku jarang sekali melangkahkan kaki ke ruangan di atas laboratorium Emii, dan kali ini untuk pertama kali aku memasuki ruang rapat itu. Susunan ruangan itu lebih menyerupai ruang interogasi daripada raung rapat kecil (aku sudah beberapa kali memasuki ruang interogasi yang asli). Sendirian bersama dengan Kyoko-san di ruangan sesempit itu membuat jantungku berdetak sedikit lebih kencang.

Tapi itu perasaan sepihak dariku saja. Dari sudut pandangnya, sendirian di ruangan sempit bersama dengan seorang raksasa dengan tingkah laku yang mencurigakan yang ditemuinya untuk pertama kali sudah pasti bukanlah keadaan yang menyenangkan. Meskipun dia tak menampakkan hal itu. Dia acuh ta acuh seperti biasanya.

“Kakuhidate Yakusuke-san, saya sudah memperoleh kesempatan untuk mendengarkan keterangan anda saat saya menerima panggilan telefon anda. Tapi ada beberapa hal yang perlu saya konfirmasi lagi.”

Kyoko-san masuk kedalam tema utama dengan cepat. Baginya, waktu adalah sesuatu yang berkali-kali lipat lebih berharga bila dibandingkan bagi kami. Bukanlah sesuatu yang berlebihan jika dibilang bahwa baginya hidup kami tak lebih dari sehari saja.

“Anda bilang anda telah beberapa kali berhubungan dengan saya, tapi saya harap anda tidak berpikir terlalu jauh tentang itu. Meskipun ada sesuatu yang ingin anda kenang, tolong sebisa mungkin menahan dirilah. Episode-episode yang pernah terjadi antara anda dan saya adalah sesuatu yang bagi saya tak pernah terjadi.”

Caranya menjauh itu rasanya sedikit menyedihkan, tapi aku meyakinkan diri bahwa itu tak bisa dielakkan. Keadaan itu lah yang menjadikannya sebagai si detektif pelupa, Kyoko Okitegami.

“Sudah berapa lama anda bekerja di Institut Penelitian Sarashina ini?”

“Sejak sekitar dua bulan yang lalu.., aku dipanggil untuk bekerja sebagai asisten. Tapi meskipun anda bisa memanggil saya asisten laboratorium, saya sama sekali tidak paham hal-hal teknis. Mengorganisir data, menyeduh teh, membuang sampah, saya merasa saya diberi pekerjaan-pekerjaan yang aneh. Tapi....”

Semakin banyak aku bicara, rasanya semakin seperti membuat-buat dalih. Itulah kebiasaan burukku. Aku sangat meragukan di semua sisi, membuat berbagai macam dalih nampak menjadi lebih baik. Tapi alasan sebenarnya yang disini dan saat ini membuatku kehilangan ketenangan bukanlha karena kecurigaan yang ditujukan padaku. Barangkali justru karena tatapan tajam Kyoko-san padaku.

“B-bagaimanapun, aku adalah orang yang tidak tahu menahu tentang apapun dan kenyataan bahwa mereka menerimaku bekerja adalah.., le-lebih cenderung karena kita tidak bisa memaksa orang-orang pintar itu mengerjakan hal-hal remeh temeh.”

“Begitu ya. Jadi mereka mempekerjakanmu untuk alasan yang serupa dengan bagaimana mereka mempercayai seorang detektif yang akan melupakan apapun esok hari.”

Sementara aku khawatir dengan kalimatnya yang terasa mulai sinis, begitulah, Kyoko-san menunjukkan persetujuannya.

Aku merasa sedikit bahagia, beban pikiranku sedikit berkurang.

Aku yakin bahwa sangat mustahil untuk mensejajarkanku dengan orang yang sangat berbakat seperti Kyoko-san. Tapi faktor yang menentukan mengapa kami dipekerjakan, dalam hal ini bisa jadi memanglah serupa.

“Aku dipecat dari pekerjaanku sebelumnya, dan saat aku kesulitan menemukan pekerjaan, seorang kenalan yang tahu beberapa orang disini mengenalkanku pada kepala lab Emii. Aku pikir aku akan bisa bangkit lagi disini.”

Tidak, sejujurnya aku ragu.

Barangkali aku sudah sadar bahwa suatu hari hal ini akan terjadi, seperti yang selalu terjadi selama ini. Meskipun pada kenyataannya ini terjadi begitu cepat, jauh lebih cepat dari yang aku perkirakan.

“Baiklah kalau begitu, ada beberapa hal yang harus saya tanyakan tepat berkaitan dengan posisi anda. Sebenarnya, empat orang lainnya telah bercerita banyak hal tentang hal itu, tapi kata-kata seorang ahli sering kali sulit dipahami oleh orang awam.”

Kyoko-san tidak mencatat. Dia tidak merekam, dan dia tidak mengorganisir catatan investigasi di laptop. Dia memasukkan seluruhnya kedalam kepalanya. Di sisi lain, dia tidak akan bisa mengingat kembali jika kasusnya sudah ditutup. Tapi meskipun ini hanya bertahan sehari saja, mengingat sepenuhnya hasil tanya jawab lisan dengan lima orang, sudah barang tentu daya ingatnya sangat luar biasa mengerikan.

Dan mengingat bagaimana dia akan melupakan semua itu esok hari, itu adalah sebuah ketimpangan yang luar biasa.

“Pertama-tama, apa sebenarnya yang sedang diteliti oleh Institute Penelitian Sarashina ini?”

“Bermacam-macam, sepertinya. Aku dengar ini terkait erat dengan citra dan optik. Penelitiannya dibagi-bagi, jadi pengetahuanku sangat terbatas terkait penelitian yang dilakukan oleh lokasi yang lain, tapi laboratorium Emii utamanya memperoleh bagian tentang stereopsis (https://en.wikipedia.org/wiki/Stereopsis) , sepertinya.”

Dengan begitu banyak ketidakpastian, bahkan aku sendiri bisa mengatakan bahwa kesaksianku tidak berguna, tapi Kyoko-san mengangguk dan melanjutkan.

“Stereeopsis ya?”

Dia mengulangi kata-kataku.

“Ya. Sederhananya, mereka meneliti tentang teknologi 3D. Uum..., seperti yang bisa anda lihat di film dan sebagainya, ya kan?”

“Ah. Yang pakai kacamata itu ya...”

Bersamaan dengan kata-katanya itu, Kyoko-san menyentuh kacamata bulat di wajahnya.

“Sangat tak nyaman memakai kacamata di atas kacamata, jadi saya tidak begitu menyukainya.”

Meskipun dia bilang begitu, toh dia lupa.
“Penelitian yang sedang dilakukan oleh kepala lab Emii bertujuan untuk membuat siapapun di posisi kursi sebelah manapun dapat melihat gambar 3D tanpa perlu mengenakan kaca mata. Yah, dengan pencitraan 3D, terdapat hologram dan berbagai macam hal. Tapi..., untuk keadaan kita saat ini, jika kita ingin membuat film 3D, kita perlu merekam dengan kamera khusus, dan itu saja sudah memakan biaya yang cukup besar. Tapi jika kita menggunakan teknologi baru yang diusulkan oleh kepala lab Emii, biayanya bisa dipotong hingga tinggal sepersepuluhnya atau apalah...”

Semua itu hanya informasi remeh, terlebih lagi aku sendiri tidak memahaminya. Jadi aku tak begitu mengerti seberapa akurat penjelasan ini. Tapi dia nampak memahaminya, “begitu ya,” kata Kyoko-san.

“bisa melihat film 3D tanpa perlu memakai kacamata berwarna aneh itu nampaknya luar biasa.”

“.........”

Kacamata berwarna aneh, apa yang dia maksud? Aku harap bukan itu, tapi apakah maksudnya kacamata merah biru dari plastik itu?

Aku tak bisa memastikan seberap jauh ingatan Kyoko-san ter-reset setiap kali dia tertidur.  Ingatannya yang hilang adalah sebanyak sehari itu. Tapi jika kita sebut demikian, nampaknya tak banyak. Akan tetapi jika hal itu berlangsung selama setahun, maka artinya dia kehilangan ingatan sebanyak setahun.

Aku pertama kali bertemu dengan Kyoko-san dua tahun yang lalu, tapi saat itu dia sudah lama berhenti mengumpulkan ingatan. Semakin lama waktu berlalu, semakin jauh pula waktu meninggalkannya. Tak dapat dielakkan lagi jika dia tak dapat memahami sepenuhnya hal-hal terkait teknologi terkini yang sedang diteliti.

Dengan prasyarat kerahasiaan dan kecepatan, Kyoko-san adalah satu-satunya detektif yang dapat aku andalkan saat ini. Tapi dari perspektifnya mungkin aku mengundangnya untuk pekerjaan yang kurang cocok baginya. Semuanya akan baik-baik saja seandainya aku bisa mendukungnya, tapi bahkan aku tak bisa memenuhi peran sebagai Watson.

“...Tapi jika ini karya original kepala lab Emii, bmeskipun data tentang stereopsis ini bocor, apakah benar-benar bermasalah? Meskipun mereka tahu, apa mereka bisa meniru ulang?”

“Bukan itu masalahnya. Aku akan meminjam istilah asisten kepala Yurine disini, dasar penelitian kepala lab Emii adalah perubahan proses berpikir. Sebuah inovasi melalui kombinasi tekonologi yang sudah ada dalam perpaduan yang tak terduga. Jika metode itu berhasil keluar, maka itu akan tersebar dalam waktu yang singkat.”

Meskipun hanya untuk pekerjaan-perjaan remeh, kenyataan bahwa mereka menerima sesorang sepertiku untuk bekerja cukup menjelaskan bahwa Institut Penelitian Sarashina bukanlah organisasi yang besar, yang sedang berkompetisi melawan perusahan besar, dan tidak memiliki peluang untuk menang. Memeras pengetahuan, mengolah sesuatu dibalik pintu yang tertutup rapat, mencari celah dari kelemahan kecil adalah taktik yang mereka gunakan. Karena itulah mengapa informasi bisa berarti hidup dan mati.

“Begitu ya.., jadi ini benar-benar potensi kehilangan ratusan juta yen... Ah, angka itu yang dikatakan oleh Honda-san.”

“Itu bukan soal uang, kurasa semua orang khawatir semua hasil penelitian yang telah mereka kerjakan akan, wuzz..., lenyap begitu saja.”

Kekhawatiran semacam itu bagi seorang karyawan yang masih baru, yang masih awam sepertiku tak mampu aku pahami. Tapi aku juga ragu mereka memahami seperti apa rasa ketakutan yang dialami oleh seorang yang dituduh tanpa alasan.

“....sebagai bagian dari kebijakan umum mengenai investigasi, , saya masih merasa cukup beralasan untuk menilai ini sebagai sebuah kehilangan biasa sebagai akibat dari kecerobohan, akan tetapi jika data itu sangat lah penting, saya juga merasa tidak mungkin Emii-san akan menghilangkannya. Begitulah yang sejauh ini saya dengar dari orang-orang.”

Dari pembukaan yang stereotipe itu, aku sempat berpikir dia akan menanyakan alibiku, tapi nampaknya tidak begitu kenyataannya.

“Jika benar ada seseorang yang mencuri SD card itu, menurut anda siapa pelakunya?”

Terang-terangan, atau..., bisa dibilang itu adalah pertanyaan yang agak memuakkan. Apakah Kyoko-san menanyakan pertanyaan ini pada setiap orang? Maka kalu begitu aku yakin semuanya akan menjawab Asisten Kakushidate.

“Aku tak tahu. Aku tidak yakin ada seorang pun yang punya motif...”

Aku menjawab sejujurnya. Jika aku bisa memberikan jawaban yang jelas di sini, maka akulah yang akan berperan sebagai detektif.

“Jika laboratorium ini ditutup, semuanya akan kehilangan pekerjaan.”

“Tapi jika mereka membawa data itu bersama mereka, bukankah insitutusi lain akan menerima mereka?”

“Ini adalah industri kecil. Jika kamu melakukan hal semacam itu, kamu akan dipecat secepatnya.”

Tentu saja, jika kamu melakukan hal semacam itu, lakukanlah sebaik mungkin sehingga kamu tidak ketahuan. Tapi meskipun begitu, risikonya tetaplah terlalu besar. Perbuatan itu rasanya masih terlalu besar jika dibandingkan dengan keuntungannya.

“Yang anda katakan masuk akal. Lalu bagaimana jika kita berpikir bahwa ini adalah serangan dari seseorang yang punya masalah dengan Emii-san? Benar-benar mengabaikan keuntungan finansial apapun. Murni keinginan untuk menghancurkan.”

“.................”

Mereka menyembunyikan data penelitian laboratorium karena mereka ingin melihat kepala laboratorium kebingungan? Kurasa itu perbuatan iseng yang keterlaluan.

“Mempertimbangkan nilai data itu, maka sewajarnya itu tak akan berakhir sebagai sebuah perbuatan iseng semata. Anda juga tak bisa menyebutnya keisengan yang keterlaluan juga. Perbuatan itu sudah tergolong kriminal.”

Kyoko-san mengucapkannya dengan datar. Etikanya dalam hal ini jelas, dia bukan golongan detektif yang memuji pelaku kriminal sebagai seniman.

“Tapi jika kita berpikir demikian, maka beberapa hal akan lebih mudah untuk dijelaskan. Daripada membawa barang itu keluar, mereka lebih memilih untuk menyembunyikannya di suatu tempat. Bahkan bisa jadi mereka menghancurkan benda itu. Jika demikian, mereka tak perlu khawatir ketahuan.”

“Bisa jadi benar, bahwa perbuatan kepala lab Emii agak keterlaluan. Aku tak bisa mengatakan bahwa dia adalah orang yang baik dalam menghadapi orang lain, tapi aku masih tak yakin dia sedemikian dibenci sehingga pantas untuk menerima gangguan sejahat ini.”

Dicap sebagai pencuri, tentu saja mood setiap orang akan menjadi buruk, tapi semua orang tahu bahwa tingkah lakunya itu lahir dari kejeniusannya. Mereka tidak benar-benar tersinggung, ini hanya sekedar ‘hal biasa’.

“Benar, begitulah yang dikatakan oleh semua orang.”

Kyoko-san dengan mudahnya berlalu dengan teorinya sendiri.

“Jika data yang asli dicuri atau dirusak, maka itu artinya perbuatan ini bertujuan untuk menghambat penelitian Emii-san. Tapi SD card yang hilang itu pada kenyataannya hanya back up. Meskipun nampaknya Emii-san tidak punya kemauan untuk melepaskan kemungkinan itu. Sepertinya dia cukup sadar bahwa dia kurang disukai. Kalau begitu, saya akan mengganti pertanyaannya. Menurut anda siapa yang paling mustahil untuk menjadi pelakunya?”

Satu lagi pertanyaan aneh dari Kyoko-san.

Aku jawab saja dengan apapun yang terlintas di pikiranku.

“aku tahu pasti bahwa aku bukan pelakunya. Tapi jika aku mengecualikan diriku sendiri, pertama-tama, kepala lab Emii tidak mungkin pelakunya. Dia lah korban yang sebenarnya di sini. Sebagai seseorang yang paling lama mengenalnya, asisten kepala Yurine adalah orang kedua yang paling mustahil. Dia akan turut serta bertanggung jawab, dan kerusakan yang akan ditanggungnya hampir sama saja. Sedangkan Honda-san dan Gifube-san.....”

Sampai disini, aku kesulitan dengan kata-kataku.
Jika aku memutuskan siapa yang menjadi orang yang ketiga paling tidak mencurigakan, maka aku selanjutnya harus memutuskan siapa yang menjadi orang ke empat. Artinya, aku akan melabeli siapa oran yang paling mencurigakan..., tanpa bukti yang meyakinkan. Itulah yang selama ini terjadi padaku, hal paling menyakitkan. Aku tak bisa melakukan hal yang sama pada orang lain.

Mengetahui aku terdiam, Kyoko-san berkata: “Kakushidate-san, saya rasa anda orang yang baik”, katanya.

Aku senang sekali mendengar kata-kata semacam itu dari seseorang seperti Kyoko-san, tapi sebagaimana juga terakhir kali dia mengatakan hal yang sama padaku, saat aku ingat bahwa dia akan melupakanku dan penilaian apapun darinya tentangku esok hari, itu membuatku merasa hampa.

Untuk membuang perasaan itu aku berkata...

“Honda-san dan Gifube-san saling memandang sebagai saingan. mereka berdau seumuran, dan aku yakin mereka saling menyadari hal itu satu sama lain. Rasanya seperti mereka sedang saling bersaing. Honda-san lebih lama bekerja di perusahaan ini, tapi nampaknya asisten kepala Yurine menilai Gifube-san lebih baik. Perbedaan itu semakin mempertajam persaingan mereka. Aku rasa itu hal yang baik, tapi rasanya agak kurang nyaman dilihat.”

Begitulah aku memaksa mengakhiri daftar informasiku yang tak relevan dengan kasus ini.

“Aku akan mengingat itu. Terima kasih. Hmm..., jadi mari kita tinggalkan saja pertanyaan itu seperti itu. Dan kita mulai investigasi yang sebenarnya di ruangan.”

Kyoko-san memandang ke jam tangannya.

Jarum penunjuk di jam analognya telah mengarah ke angka enam. Artinya, sampai ke batas waktunya kita punya.....

“Saya akan kembali jam sembilan, jadi kita masih punya waktu tiga jam.”

Begitulah ucapnya.

Pikiranku terlalu naif. Sepertinya Kyoko-san berniat untuk beristirahat pada waktunya seperti biasa. Aku tak bisa menilai seberapa serius dia dalam senyumannya itu.

“Larut malam itu musuh bagi kecantikan.”



Part Sebelumnya (4)           Daftar Isi           Part Selanjutnya (6)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NIHONKOKU SHOUKAN web novel (Japan Summons/Summoning Japan)

NIHONKOKU SHOUKAN  (web novel) Summoning Japan/Japan Summons Bab II : Gangguan Kalender Pusat tanggal 22 Maret 1639, pagi hari Dua bulan yang lalu kepulauan Jepang mengalami perpindahan dunia. Mereka segera membuat kontak dengan Prinsipaliti Kua Toine dan Kerajaan Quira untuk membangun hubungan diplomatik dengan negara-negara tersebut. Setelah hubungan itu terbentuk, pemerintahan Kua Toine mengalami perubahan paling drastis sepanjang sejarahnya.  Jepang mengajukan permintaan bahan makanan dalam jumlah yang luar biasa besarnya. Tetapi Kua Toine yang telah berhasil memenuhi kebutuhan pangan yang layak bahkan untuk ternak-ternak mereka, juga berhasil memenuhi permintaan Jepang itu. Bahkan Kerajaan Quira dengan tanahnya yang gersang dan tidak produktif adalah sumber harta karun yang melimpah menurut Jepang dan mereka pun juga mulai melakukan ekspor ke Jepang. Sebaliknya untuk membayar barang-barang itu, Jepang mulai mengekspor infrastruktur, contohnya metode untuk me

NIHONKOKU SHOUKAN web novel (Japan Summons/Summoning Japan)

NIHONKOKU SHOUKAN (web novel) Summoning Japan/Japan Summons kredit kepada ilustrator asli: Toi8 Deskripsi: Suatu hari, Seluruh Jepang terpindahkan ke dunia lain. Disebabkan oleh kecilnya produksi pangan dan ketergantungan pada produk impor dari negara lain, Jepang menghadapi krisis pangan. Untuk memperlambat efek kelaparan yang dihadapi oleh penduduknya, pemerintah Jepang menyatakan keadaan darurat. Pasukan Angkatan Udara Bela Diri Jepang ( Japan Air Self Defense Force/JASDF ) melakukan eksplorasi di kawasan sekitar dan menemukan daratan luas kira-kira 1000km ke arah barat daya – Benua Rodenius. Jepang berhasil memecahkan masalah kekurangan pangan setelah memasuki hubungan diplomatik dengan Prinsipaliti Kua Toine dan Kerajaan Quira. Akan tetapi pada saat yang bersamaan, negara lain di benua itu, Kerajaan Rowlia yang selama ini memegang hegemoni, menyatakan perang dengan Kua Toine dan Quira. Untuk menghadapi krisis baru ini, bagaimana Jepang akan merespon

NIHONKOKU SHOUKAN web novel (Japan Summons/Summoning Japan)

NIHONKOKU SHOUKAN  (web novel) Summoning Japan/Japan Summons Pembuka dari penterjemah: setelah sekian lama hiatus dari menterjemahkan, akhirnya sempat juga. Selamat menikmati kembali kelanjutan cerita Jepang di dunia lain. Bab III: Tragedi Kota Gim Kota Gim, 20km dari Perbatasan Bagian Barat Prinsipaliti Kua Toine Siang Hari tanggal 11 April tahun 1639 Kalender Pusat Skadron Naga I dan II, Ordo Ksatria Barat Moiji, Kapten Ordo Ksatria Barat, merasa tidak tenang. Pasukan Barat terdiri dari 2.500 infanteri, 200 pemanah, 500infanteri berat, 200 kavaleri, 100 kavaleri ringan, 24 naga, dan 30 penyihir. Kua Toine memiliki pasukan siap tempur karena selama ini mereka selalu dalam keadaan setengah darurat, tetapi kekuatan musuh yang dapat mereka saksikan di sepanjang perbatasan melampaui yang mereka miliki. Terlebih lagi, seluruh komunikasi yang mereka kirimkan secara sengaja selalu diabaikan oleh pihak Rowlia. Sesuai arahan dari Pemerintah, sebagian warg